ALLAH YG MAHA BERKUASA DI DUNIA DAN DI AKHERAT (bukti dan dalilnya)

Tafsir surat Al-Fatihah ayat ke 4
Ringkasan Talim Tafsir Kamis , 30 Mei 2013

Alhamdulillah wa shollallohu ‘ala sayyidina Muhamadin wa ‘alaa alihi washohbih wa sallim
Alahmadulillah kita lanjutkan ringakasan tafsir harian kita. Semoga dengan bertambahnya ilmu diiringi dengan bertambahnya taufiq dari Allah sehingga bisa menambah keberkahan umur kita. Amin

Berkata Para Ulama ahli Tafsir

Ayat ke 4
أَيْ الْجَزَاء وَهُوَ يَوْم الْقِيَامَة وَخُصّ بِالذِّكْرِ لِأَنَّهُ لَا مُلْك ظَاهِرًا فِيهِ لِأَحَدٍ إلَّا لِلَّهِ تَعَالَى بِدَلِيلِ لِمَنْ الْمُلْك الْيَوْم لِلَّهِ وَمَنْ قَرَأَ مَالِك فَمَعْنَاهُ مَالِك الْأَمْر كُلّه فِي يَوْم الْقِيَامَة [تفسير الجلالين ص: 2]
Berkata Imam Jalalain : Ad-Din adalah pembalasan dan itu adalah hari kiamat. Dan khusus kata ini yg disebutkan (pent : walau pun kekuasaan dan kepemilikan Allah SWT tidak khusus hanya di hari kiamat saja) sebab di hari kiamat tidak aja raja yg tampak secara jelas dimiliki oleh seseorang kecuali hanya Allah SWT dengan dalil firman Allah SWT لمن الملك اليوم لله الواحد القهار (غافر 16) “Milik siapakah kekuasaan / kerajaan di hari ini (hari kiamat) ? Milik Allah yg Maha Tuggal dan Maha Memaksa”. Dan siapa yg membaca Maalik maka maknanya adalah yg memiliki segala urusan di hari kiamat.
قَوْلُهُ: مالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4) ، قَرَأَ عَاصِمٌ وَالْكِسَائِيُّ وَيَعْقُوبُ مالِكِ وَقَرَأَ الْآخَرُونَ «مَلِكِ» قَالَ قَوْمٌ: مَعْنَاهُمَا وَاحِدٌ مِثْلَ فَرِهِينَ وَفَارِهِينَ وَحَذِرِينَ وحاذرين، ومعناهما الربّ، [كما] [5] يُقَالُ:
رَبُّ الدَّارِ وَمَالِكُهَا، وَقِيلَ: المالك [6] هُوَ الْقَادِرُ عَلَى اخْتِرَاعِ الْأَعْيَانِ مِنَ الْعَدَمِ إِلَى الْوُجُودِ، وَلَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ أَحَدٌ غَيْرُ اللَّهِ. [تفسير البغوي – إحياء التراث 1/ 74]
Berkata Imam Al-Baghowi : Imam ‘Ashim, Imam Al-Kisa’I, Imam Ya’qub membaca ayat yg ke empat ini dengan bacaan Maalik (مالك) (panjang mimnya) dan ulama yg lain membaca ayat ke empat ini dengan (ملك). Sebagian ulama mengatakan bahwa makna dari kedua lafadz tersebut adalah satu seperti kata (فرهين و فارهين) sombong, congkak dan kata (حذرين و حاذرين) dan makna kedua lafadz Maalik dan malik itu adalah Ar-Robb..(yakni pemilik) sebagaimana dikatakan ‘Rabbu ad-Dar (رب الدار) yakni pemilik rumah. Ada juga ulama yg mengatakan al-Maalik adalah yg mampu menciptakan segala hal, zat atau benda dari yg tadinya tidak ada menjadi ada. Dan tidak ada seorang pun yg mampu akan hal tersebut melainkan Allah SWT.
وَقَدْ رُوِيَ مِنْ طُرُقٍ مُتَعَدِّدَةٍ أَوْرَدَهَا ابْنُ مَرْدُويه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَؤُهَا: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} (7) وَمَالِكُ مَأْخُوذٌ مِنَ الملْك، كَمَا قَالَ: {إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ الأرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ} [مَرْيَمَ: 40] وَقَالَ: {قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ * مَلِكِ النَّاسِ} [النَّاسِ: 1، 2] وَمَلِكٌ: مَأْخُوذٌ مِنَ الْمُلْكِ كَمَا قَالَ تَعَالَى: {لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ} [غَافِرٍ: 16] وَقَالَ: {قَوْلُهُ الْحَقُّ وَلَهُ الْمُلْكُ} [الْأَنْعَامِ: 73] وَقَالَ: {الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا} [الفرقان: 26] .[تفسير ابن كثير ت سلامة 1/ 133]
Berkata Imam Ibnu Kastir : Dan telah diriwayatkan dari jalan periwayatan yg banyak dan itu semua diriwayatkan oleh Imam Ibnu Murdawaih bahwa Rasulullah SAW dahulu membaca ayat tsb dg bacaan Maalik (dipanjangkan mimnya). Dan kata Maalik itu diambil dari akar kata al-milk. Sebagaimana Firman Allah SWT (QS Maryam ayat 40) “Sesungguhnya Kamilah yg mewarisi bumi beserta siapa aja yg ada di atasnya, dan kepada Kamilah mereka akan dikembalikan”. Dan Allah berfirman di QS an-Naas ayat 1-2 “katakan : aku berlindung kepada Tuhannya Manusia, Pemiliknya manusia”.
Dan Malik (Raja) itu akar katanya diambil dari kata al-Mulk (kerajaan) sebagaimana firman Allah SWT لمن الملك اليوم لله الواحد القهار (غافر 16) “Milik siapakah kekuasaan / kerajaan di hari ini (hari kiamat) ? Milik Allah yg Maha Tuggal dan Maha Memaksa” dan Allah berfirman di QS al-An’am ayat 73 “FirmanNya lah yg Hak dan milikNya lah Kerajaan (dunia akherat)”. Dan Allah berfirman di QS Al-Furqon ayat 26 : “Dan kerajaan yg Hak pada hari ini (qiamat) itu adalah milik Ar-Rahman. Dan di hari itu adalah hari yg sangat sulit bagi orang-orang yg kafir”.
وَتَخْصِيصُ الْمُلْكِ بِيَوْمِ الدِّينِ لَا يَنْفِيهِ عَمَّا عَدَاهُ، لِأَنَّهُ قَدْ تَقَدَّمَ الْإِخْبَارُ بِأَنَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ، وَذَلِكَ عَامٌّ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَإِنَّمَا أُضِيفَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ لِأَنَّهُ لَا يَدَّعِي أَحَدٌ هُنَالِكَ شَيْئًا، وَلَا يَتَكَلَّمُ أَحَدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ، كَمَا قَالَ: {يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا} [النَّبَأِ: 38] وَقَالَ تَعَالَى: {وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلا تَسْمَعُ إِلا هَمْسًا} [طه: 108].[تفسير ابن كثير ت سلامة 1/ 134]
Berkata Imam Ibnu Kastir : Dan pengkhususan kepemilikan dengan hari pembalasan bukan berarti menafikan dari kepemilikan yg selain hari pembalasan. Sebab sudah dikabarkan sebelumnya bahwa Allah SWT adalah Tuhan (pemilik) seluruh/semesta alam. Dan hal itu adalah umum baik di dunia atau di akherat. Akan tetapi kata Maalik itu dimajemukkan dengan kata hari pembalasan karena di saat itu tidak ada seorang pun yg bisa mengakui mempunyai kepemilikan dan kekuasan. Dan tidak ada seorang pun yg berbicara kecuali dg seizinNya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS An-Naba’ ayat 38 : “di hari di mana Malaikat Jibril dan segenap Malaikat berdiri berbaris. Tidak ada seorang pun yg berbicara kecuali orang yg diizini oleh Ar-Rahman dan berkata yg benar”. Dan Allah SWT berfirman di QS Toha ayat 108 : “Dan seluruh suara akan menjadi terdiam karena Ar-Rahman maka engkau tidak akan mendengar kecuali hanya desahan saja”
وَقَالَ الضَّحَّاكُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} يَقُولُ: لَا يَمْلِكُ أَحَدٌ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ مَعَهُ حُكْمًا، كَمِلْكِهِمْ فِي الدُّنْيَا. قَالَ: وَيَوْمُ الدِّينِ يَوْمُ الْحِسَابِ لِلْخَلَائِقِ، وَهُوَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُدِينُهُمْ بِأَعْمَالِهِمْ إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ وَإِنَّ شَرًّا فَشَرٌّ، إِلَّا مَنْ عَفَا عَنْهُ. وَكَذَلِكَ قَالَ غَيْرُهُ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَالسَّلَفِ، وَهُوَ ظَاهِرٌ.
لَمْ يُبَيِّنْهُ هُنَا، وَبَيَّنَهُ فِي قَوْلِهِ: (وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا) الْآيَةَ [82 17، 18، 19] وَالْمُرَادُ بِالدِّينِ فِي الْآيَةِ الْجَزَاءُ. وَمِنْهُ قَوْلُهُ تَعَالَى: (يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ دِينَهُمُ الْحَقَّ) أَيْ: جَزَاءُ أَعْمَالِهِمْ بِالْعَدْلِ. [أضواء البيان في إيضاح القرآن بالقرآن 1/ 6]
Berkata Syekh Muhammad Al-Amin Asyingqithi : Imam ad-Dhohhak berkata dari Sy Abdullah bin Abbas RA. {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} : tidak ada seorang pun yg memiliki suatu keputusan bersama Allah di hari itu, sebagaimana mereka memiliki ketetapan dan keputusan di dunia. Dan Beliau berkata : dan Hari itu adalah hari pembalasan bagi seluruh makhluk. Dan hari itu adalah hari kiamat yg mana Allah SWT membalas seluruh makhluk akan segenap perbuatannya. Jika baik maka akan dibalas baik dan jika jelek maka akan dibalas jelek kecuali orang yg dimaafkan oleh Allah atasnya. Demikian juga pendapat ulama lain di antara para sahabat, tabi’in dan ulama salaf dan hal itu sangat jelas.
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَمُقَاتِلٌ وَالسُّدِّيُّ: مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ قَاضِي يوم الحساب، [قال مجاهد: والدين: الْحِسَابُ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى ذلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ [الروم: 30] أي الحساب المستقيم ØŒ وقال قتادة: الدين الحساب ØŒ وَيَقَعُ عَلَى الْجَزَاءِ فِي الْخَيْرِ والشر جميعا، كما يُقَالُ: كَمَا تَدِينُ تُدَانُ. وقال يمان بن رئاب: الدِّينُ الْقَهْرُ، يُقَالُ دِنْتُهُ فَدَانَ، أَيْ: قَهَرَتْهُ فَذَلَّ، وَقِيلَ: الدِّينُ الطَّاعَةُ، أَيْ: يَوْمَ الطَّاعَةِ، [تفسير البغوي – إحياء التراث 1/ 74]
Berkata Imam Al-Baghowi : Sy Ibnu Abbas, Imam Muqothil dan As-suddiyyu berkata : Maaliki Yaumid Din adalah pemutus ketetapan di hari perhitungan (hisab). Berkata Imam Mujahid : Ad-Din adalah perhitungan. Allah SWT berfirman QS Rum ayat 30 : “itulah suatu Din yg Mustaqim” yakni itulah suatu pembalasan yg lurus dan benar. Berkata Imam Qotadah : Ad-Din adalah hisab (perhitungan) dan terkadang bisa bermakna balasan atas hal yg baik dan jelek secara bersamaan. Sebagaimana dikatakan dalam pepatas : sebagaimana kalian berbuat begitu pula kalian akan mendapatkan balasan. Berkata Imam Maimun bin Ri’aab. Ad-Din adalah paksaan sebagaimana dikatakan dalam bahasa دِنْتُهُ فَدَانَ aku paksa dia sehingga dia menjadi hina. Ada juga ulama yg mengatakan bahwa Ad-Din adalah ketaatan yakni hari ketaatan.

Komentar Saya :

Kalau manusia merasa memiliki keputusan dan kekuasaan di dunia itu terkadang kita anggap wajar sebab dia bisa mengedipkan mata sepuasnya dan melangkah dan menggerakkan tangan semaunya. Terlebih dia mempunyai akal yg sering dipakai untuk Ngakali saudaranya yg lain, sehingga dia merasa mampu dan berkuasa. Oke lah demikian adanya.
Tapi coba kalau dia berfikir sedikit tentang kekuasaan Allah yg tampak jelas pada diri kita sendiri saja. Misalnya Rasulullah bersabda : “kalian pasti akan mati sebagaimana kalian pasti akan tidur” ..
Iyaa wahai saudaraku yg merasa mampu, kuat dan berkuasa..bisakah kita menghilangkan bukti kelemahan kita berupa tidur…bisa kah kita tidak usah tidur dan terus mencari dunia dan segala kesenangan kita…? Kelopak mata yg tipis dan lunak aja kalau kita sudah dipaksa dengan kekuasaan Allah yg menyatakan dalam firmanNya QS An-Naba’ ayat 9 {وَجَعَلْنَا نَوْمكُمْ سُبَاتًا} “dan kami jadikan tidur kalian sebagai istirahat” yg artinya Kami sudah memprogram bahwa kalian mau atau tidak mau harus tidur untuk istirahat. Dan di dalam tidur itu pula Allah mengurusi badan kita sehingga di saat kita bangun kembali segar lagi itu pun kita lupa berterima kasih dan bersyukur membaca doa bangun tidur. Coba berapa banyak manusia di saat tidur Allah tidak mengembalikan kebugaran badannya..dia minum jamu dan obat supaya segar..itu pun terkadang tidak mempan…masihkah kita mau melupakan kekuasaan dan kepemilikan Allah di dunia ini..iyaa Dialah yg berkuasa , dan Merajai dan Memiliki di Dunia dan Akherat….
Belum lagi masalah kematian..siapa pun yg dahulu pernah mengaku raja bahkan mengaku tuhan mereka semua sudah mati…heheh katanya berkuasa..coba hidup terus ga usah tidur dang a usah mati..? bayangkan kalau manusia tidak dikasih Kewajiban tidur dari Allah SWT..waahh dunia akan ramai terus tuh pada rebutan nyari dunia..Coba kalau manusia tidak dipaksa mati oleh Allah ..kita mungkin ketemu tuh sama si Firaun…yaah di dunia aja kita ga berkuasa menolak dua ketetapan Allah tsb .. bagaimana nanti setelah kematian di akherat…
Ya Allah Engkaulah yg memiliki segalanya baik di dunia dan di akherat…
Kami pasrahkan segala urusan kami kepada Mu baik urusan dunia maupun urusan akherat..
Bimbinglah kami menuju jalan yg Engkau ridhoi di dunia ini sehingga kami selamat nanti di akheratnya Amiin …wa shollallohu alaa sayyidinaa Muhammadin Walhamdulillahi Rabbil alamiin

Facebook
Twitter
LinkedIn
Scroll to Top