Ringkasan Talim Tafsir Senin , 3 Juni 2013

Ringkasan Talim Tafsir Senin , 3 Juni 2013

Ibadah, Makna dan Aplikasinya
(Manusia diciptakan untuk mengekspresikan rasa cinta kpd Zat yg Maha berhak dan pantas untuk dicintai)

Tafsir surat Al-Fatihah ayat ke 5 (bagian 1)
Alhamdulillah wa shollallohu ‘ala sayyidina Muhamadin wa ‘alaa alihi washohbih wa sallim
Alahmadulillah kita lanjutkan ringakasan tafsir harian kita. Semoga dengan bertambahnya ilmu diiringi dengan bertambahnya taufiq dari Allah sehingga bisa menambah keberkahan umur kita dengan amal sholeh. Amin

Berkata para Ulama ahli Tafsir RA :
• Berkata Imam Jalalain :
{إيَّاكَ نَعْبُد وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين} أَيْ نَخُصّك بِالْعِبَادَةِ من توحيد وغيره ونطلب المعونه على العبادة وغيرها [تفسير الجلالين ص: 2]
Makna ayat ke 5 yakni kami mengkhususkan kpd Mu ya Allah akan segala peribadatan baik itu pentauhidan aqidah dan sebagainya. Dan kami juga memohon pertolongan dalam rangka urusan ibadah dan sebagainya
• Berkata Imam Ibnu Kastir :
وَتَحَوُّلُ الْكَلَامِ مِنَ الْغَيْبَةِ إِلَى الْمُوَاجَهَةِ بِكَافِ الْخِطَابِ، وَهُوَ مُنَاسَبَةٌ (1) ، لِأَنَّهُ لَمَّا أَثْنَى عَلَى اللَّهِ فَكَأَنَّهُ اقْتَرَبَ وَحَضَرَ بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ تَعَالَى؛ فَلِهَذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} وَفِي هَذَا دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ أَوَّلَ السُّورَةِ خَبَرٌ مِنَ اللَّهِ تَعَالَى بِالثَّنَاءِ عَلَى نَفْسِهِ الْكَرِيمَةِ بِجَمِيلِ صِفَاتِهِ الْحُسْنَى، وَإِرْشَادٌ لِعِبَادِهِ بِأَنْ يُثْنُوا عَلَيْهِ بِذَلِكَ [تفسير ابن كثير ت سلامة 1/ 135]
Dan perubahan gaya bahasa dari memakai kata ganti orang ke tiga (ghoib) menjadi memakai kata ganti orang kedua dengan menggunakan kata ganti Kamu itu sangat sesuai sekali. Hal ini disebabkan bahwa di saat seseorang memuji kepada Allah maka pujiannya itu seakan akan mendekatkan diri dan menghadirkannya di hadapan Allah SWT. Oleh karena itulah maka selanjutkan difirmankan dg {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}. Dan dalam masalah ini ada dalil bahwa awal surat al-Fatihah itu adalah kabar dari Allah dengan suatu pujian atas DzatNya sendiri yg Mulia dengan keindahan sifatnya yg baik. Dan dalam hal tsb juga merupakan petunjuk atas segenap hambaNya agar memujiNya dengan cara yg demikian tsb.
• Berkata Imam Ibnu Kastir :
وَإِنَّمَا قَدَّمَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ} عَلَى {وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} لِأَنَّ الْعِبَادَةَ لَهُ هِيَ الْمَقْصُودَةُ، وَالِاسْتِعَانَةُ وَسِيلَةٌ إِلَيْهَا، وَالِاهْتِمَامُ وَالْحَزْمُ هُوَ أَنْ يُقَدَّمَ (4) مَا هُوَ الْأَهَمُّ فَالْأَهَمُّ، وَاللَّهُ أَعْلَمُ. [تفسير ابن كثير ت سلامة 1/ 135]
Sesungguhnya didahulukan masalah ketauhidan dalam ibadah : {إِيَّاكَ نَعْبُدُ} atas ketauhidan dalam meminta pertolongan {وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}karena peribadatan kepadaNya itulah yg menjadi maksud utama. Dan memohon pertolongan itu adalah wasilah perantara untuk bisa sampai ke sana. Dan suatu bentuk perhatian dan keprihatinan yg benar adalah jika mendahulukan hal yg paling penting kemudian hal penting lainnya.

• Berkata Imam Al-Baghowi :
قوله: إِيَّاكَ، إِيَّا كَلِمَةُ ضَمِيرٍ خُصَّتْ بِالْإِضَافَةِ إِلَى الْمُضْمَرِ، وَيُسْتَعْمَلُ مُقَدَّمًا عَلَى الْفِعْلِ، فَيُقَالُ: إِيَّاكَ أَعْنِي وَإِيَّاكَ أَسْأَلُ، وَلَا يُسْتَعْمَلُ مُؤَخَّرًا إِلَّا مُنْفَصِلًا فَيُقَالُ: مَا عَنَيْتُ إِلَّا إِيَّاكَ. [تفسير البغوي – إحياء التراث 1/ 75]
Adapun lafadz “iyyaaka” -iyya- itu adalah kata ganti yg khusus dimajemukkan kpd isim dhomir. Dan lafadz tersebut digunakannya selalu mendahului kata kerjanya. Maka dikatakan dalam ungkapan bhs arab إِيَّاكَ أَعْنِي وَإِيَّاكَ أَسْأَلُ “hanya kamulah yg aku maksudkan dan hanya kpdmu lah aku bertanya”. Dan lafadz ini tidak akan diakhirkan (dari fiilnya) kecuali dalam keadaan terpisah, maka dikatakan dalam ungkapan bahasa arab : مَا عَنَيْتُ إِلَّا إِيَّاكَ aku tidak bermaksud melainkan kepadamu.

• Berkata Imam Ibnu Kastir :
الْعِبَادَةُ فِي اللُّغَةِ مِنَ الذِّلَّةِ، يُقَالُ: طَرِيقٌ مُعَبّد، وَبَعِيرٌ مُعَبّد، أَيْ: مُذَلَّلٌ، وَفِي الشَّرْعِ: عِبَارَةٌ عَمَّا يَجْمَعُ كَمَالَ الْمَحَبَّةِ وَالْخُضُوعِ وَالْخَوْفِ. [تفسير ابن كثير ت سلامة 1/ 134]
Ibadah itu dalam istilah bahasa adalah الذِّلَّةِ kelembutan, kemudahan. Maka dikatakan dalam istilah bahasa arab : jalan yg mudah dan onta yg mudah yakni sudah dimudahkan dan lunakkan. Adapun dalam pengertian syariat ibadah adalah suatu istilah untuk segala sesuatu yg mencakup akan pengertian kesempurnaan rasa mahabbah, rasa ketundukan dan ketakutan.

Komentar saya :

Dari penjelasan para ulama di atas sudah sangat jelas sekali bagaimanakah pengertian peribadatan kpd Allah yg sempurna.
Kalau kita mempunyai sesuatu hal yg kita cintai baik itu anak, istri atau hewan peliharaan sekalipun maka kita akan dengan mudah dan tanpa paksaan untuk mengurusi dan menuruti segala keinginan dan kebutuhan apa yg kita cintai tsb. Bahkan kita rela berkorban apa saja takut kehilangan dia atau takut tidak seperti yg diharapkannya.
Lantas bagaimanakah peribadatan kita kepada Allah..?
Jawabannya jelas..karena kita tidak dan kurang mencintai Allah SWT maka hampir semua peribadatan yg kita lakukan tidak terasa nikmat dan bahkan terasa berat dan malas-malasan…kenapa tidak bisa seperti ibu yg rela begadang malam merawat dan meladeni anak bayinya..? iyaa karena kita tidak mencitai Allah sebagaimana ibu mencintai anaknya..
Lantas bagaimanakah kita bisa mencintai Allah SWT..?
Iyaa…tak kenal maka tak sayang…Di dalam surat Al-Fatihan Allah SWT dengan segala kemuliaan dan kesempurnaanNya mau bertanazzul kpd kita hambaNya sehingga Allah lah yg memulai untuk mengenalkan siapa dan bagaimana sifat diriNya. Allah sebutkan nama-nama dan sifat-sifatNya yg mulia di awal surat ini yg di dalamnya menggambarkan secara jelas bagaimana dan sejauh mana kebaikan Allah.
Di awal surat ini kita diingatkan akan Ihsan Allah dg Sifat Rububiyahnya yg menciptakan, menumbuhkan dan merawat seluruh alam. Kemudian sifat Rahman Rahimnya yg di situ seakan-akan Allah ingin mengingatkan kpd kita akan berbagai macam nikmat, makhluk dan segala apa yg di wujud ini, alam semesta ini, semuanya bisa kita nikmati berkat Allah mewujudkannya, Allah yg menumbuhkan dan merawatnya, Allah pula yg member rahmat kita berupa izinNya sehingga kita bisa menikmati semuanya tanpa ada pamrih. Iyaa seluruh Alam ini Allah yg menciptakannya dan Seluruh alam ini sengaja Allah ciptakan untuk kepentingan kita sebagaimana yg Allah nyatakan di dalam firmanNya
{ هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا [البقرة: 29]
“Dialah yg telah menciptakan segala apa yg ada di bumi ini untuk kalian…”
Iyaa wahai saudara-saudaraku …semua sudah Allah siapkan, Allah cipta dan tundukkan buat kita..Lantas sampai kapan kita belum mengerti tujuan hidup kita, untuk apa kita diciptakan….?? (bersambung ke bagian 2)

Facebook
Twitter
LinkedIn
Scroll to Top