Perang Badar: Kisah Mu’jizat Rasul Melempar Pasir dan hikmah pelajaran di dalamnya

Perang Badar: Kisah Mu’jizat Rasul Melempar Pasir

Resensi Kajian Sirah Nabawi di Musholla Nurul Iman, 24 Oktober 2013

 

Kita lanjutkan kajian mengenai Sirah Nabawi. Di pertemuan lalu telah dibahas mengenai kisah dan hikmah dari Perang Badar, yakni tentang terbunuhnya Umaiyah Bin Kholaf.  Sekarang masuk ke dalam bab baru mengenai bagaimana dalam perang badar ini, Rasul SAW melakukan satu hal yang itu belum pernah ada contohnya dari cerita para nabi-nabi terdahulu. Dalam AlQuran dinyatakan : Maka tidaklah kalian yg membunuh mereka akan tetapi Allahlah yg membunuh mereka , tidaklah tidak Engkau melempar ya Muhammad di saat engkau melempar, akan tetapi Allah SWT yang melempar (QS Al-Anfal 17) . Jika dikaji akan isyarat dari ayat tsb, dapat dilihat bahwa Rasul saw sungguh telah sampai pada derajat dimana seluruh gerakgerik Rasul saw itu telah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah swt.

Dalam hadits Qudsi dinyatakan juga, bahwa manusia yang sudah capai kedudukan yang dicintai Allah swt itu segala perbuatan dan gerak geriknya pada hakekatnya merupakan perbuatan Allah SWT. “Maka aku akan menjadi pendengaran di saat dia mendengar, menjadi mata di saat dia memandang, menjadi tangannya di saat dia memegang….dst”. Dalam hal ini Rasul saw di saat perang Badar melempar segenggam pasir ke arah orang kafir Quraiys. Subhanalloh apa yg yg terjadi…?

Dalam riwayat hadits dinyatakan pula Rasul SAW diperintah Malaikat Jibri a.s untuk mengambil kerikil-kerikil kecil segenggam tangan kemudian kerikil itu agar dilemparkan kepada orang musyrikin sambil berkata “Syaahatil wujuh, Allahumma ar’ib quluubahum wazalzil aqdaamahum” artinya “Ya Allah berikanlah rasa gentar dihati mereka dan gentarkanlah kaki mereka”. Dalam hal ini ada hal penting yg bisa kita ambil pelajaran yakni suatu isyarah dari doa Rasul SAW bahwa yang penting itu adalah Hati. Contoh kongkritnya adalah walau fisik gede, sangar kayak apa, tapi kalau hatinya gentar, takut dan pengecut ya pasti kabur. Misal yg lain  kalau  kita sama kodok aja takut, maka hal itu para ulama membuat orang tsb tidak sah menjadi seorang Wali. Jadi kita harus biasakan hati tenang dan tuma’ninah lewat berdzikir. Hal ini seperti apa yg ada dalam surah Al Anfal: 45 Allah berfirman, ketika dalam peperangan, Allah swt justru menyuruh Rasul saw ketika bertemu orang Kafir untuk tidak gentar dan harus teguh dan memperbanyak berdzikir. Bagaimana caranya bisa tetap teguh dan tidak gentar, yaitu dzikirlah kepada Allah yang banyak. Kenapa di suruh dzikir dan apa kaitannya? Kita dalam hidup ini  butuh dzikir yang sangat banyak karena semuanya bergerak dinamis, tidak tuma’ninah. Seperti yang di ayat lain juga diisyaratkan dalam Surat Ar-Ra’du: 28 “Alaa bidzikrillahi tathmainnul qulub”. Kenapa sih orang rame-rame macet ke puncak? Karena di kehidupan mereka sehari-hari udah sibuk, penuh dengan kekhawatiran dan ketidaktenangan sehingga ngerasa butuh ke puncak buat cari ketenangan. Jadi kita itu hidup butuh ketenangan dan itu semua tidak ada yg lain kecuali dari dzikir. Tapi gimana kita pengen tenang wong dzikirnya kita aja ngebut wasssh ….wessh ….wossh… Entah itu itungan bener apa tidak menghitung 33 kali tasbih, tahmid dan takbirnya. Nah kalau begitu ya Wes ya dzikir yang tenang mulai sekarang, santai aja semoga mendapatkan ketenangan.

Lanjut lagiDi saat peperangan berlangsung, Rasul SAW berdoa meminta kepada Allah agar memberikan kepada hati mereka orang musyrikin rasa khawatir, rasa takut dan rasa gentar. danada dalam riwayat lain dikatakan “maka tidak ada satu pun dari pasukan orang musyrikin yang telah dilempari satu genggam pasir oleh Rasul saw, pasti ada yang kemasukan, kalau tidak mata, kuping, hidung ataupun mulutnya mereka yg kemasukan. Ketika mata mereka kemasukan pasir, mereka orang musyrikin spontan ngerasa bingung atau panik, akhirnya dia mencoba menghindari dan membersihkan debudi matanya dan otomatis mereka takut diserang dalam keadaan tidak meliahat . Nah, orang mukmin dan orang musyrikin yg lain ketika melihat orang musyrikin demikian itu berpikiran lain, yakni menganggap bahwa mereka itu sedang ketakutan dan hendak kabur.  Dalam riwayat juga dikatakan bahwa “debu yang dilemparkan oleh Rasul SAW”,  yg pada hakekatnya adalah Allah yang melemparkan,“maka di sana terjadi seperti ada sesuatu atau seperti batu jatuh jatuh dari langit kena di perisai besi”, sehingga terdengar  seperti suara tempayan atau nampan dari besi yang kena batu.

Melihat temen-temennya ada yg kabur, ada yg bingung panik dan sebagainya, sebagian lagi ada yang lagi ngucekin matanya sambil kabur, akhirnya begitu melihat suasana yg mulai kacau balau tsb maka di antara mereka ada langsung menyerahkan diri. Nah supaya mereka tidak dibunuh, maka serentak mereka ngelempar senjatanya. Ini semua pada hakekatnya adalah akibat dari doa Rasul SAW, bagaimana mereka jadi gentar dan kaki mereka jadi goyah. Semoga kaki kita tetep jejeg, tetep maulidan walau pun apa yg terjadi. Jadi dari sini bisa kita ambil kesimpulan : 1. bagaimana pengaruhnya sebuah doa dalam kisah kehidupan dan peristiwa sejarah manusia. 2. Manusia yg Kafir dan tidak beriman kpd Allah apabila kena masalah sekecil debu saja gampang panik dan mengambil kesimpulan yg salah. Sehingga terjadilah berbagai macam tidakan dan sikap salah lainnya yg pada awalnya kesalahannya adalah ketidak berimanan mereka kpd Allah dan pola pikir yg sempit. 3. Usaha yg kecil dalam hal ini hanya sekedar melempar pasir, bagi orang yg beriman berkat doa usaha yg kecil tersebut bisa berdampak besar.

Demikianlah kehidupan di dunia yg banyak di alami oleh manusia. Awal segala malasah, musibah dan kesulitan yg mereka rasakan di dunia ini dikarenakan karena salah dalam 2 hal pokok. Pertama salah dalam system keimanan dan kedua salah dalam pola pikir. Berbeda dengan orang beriman yg meyakini bahwa segala sesuatu itu berada di tangan Allah sehingga mereka lebih banyak bersandar kpd Nya. 

Dalam riwayat lain oleh Imam Abu Syech wa Imam Abu Nu’aim wa Imam Ibnu Mardaweih dikisahkan bahwa orang musyrik berkata : “Saya mendengar suara batu-batu kerikil berjatuhan dari langit saat Perang Badar, semuanya seakan-akan jatuh di tostun”. ‘Tostun’ yakni baki atau nampan yang terbuat dari besi. Hal ini terjadi di saat dua kelompok manusia sudah berbaris dan berhadap-hadapan. Rasul SAW kemudian mengambil debu dan dilemparkan ke wajah orang musyrik dan akhirnya mereka jadi kalah.

Inilah sebenarnya senjatanya orang islam, yakni keyakinan dan doa yg mantap kpd Allah swt. Namun yg menyedihkan kita sekarang terutama generasi muda Islam di dunia pendidikan justru diajarin dan dikenalkan dengan senjata-senjata canggih dan dijauhkan dari doa-doa dan keyakinan kpd Allah swt. Anak kita setiap harinya dididik secara logika dan hukum alam sehingga lemah keimanannya terhadap Allah sang Pencipta hukum alam yg Maha kuasa dan bisa untuk merubah hukum alam sekalipun. Kalau pun Itu senjata super canggi tapi di mata ulama dan orang yg beriman itu cuma bisa ngenain badan dan fisik manusia saja, tidak sampaibisa kena ke hati musuh. Contohnya seperti apa yg di tayangan Tv yakni misalnya ada orang menembak ke orang lain, tapi ternyata orang yang kena tembaknya tetep tidak goyah (dia tegar dan tetap berani menantang walau kena tembak), tentu malah yg  penembak yg jadi ketakutan dan gentar melihat lawannya tidak mempan ditembak. Kalau udah hati kita yang kena, dibeli atau dicekokin oleh orang kafir, maka pada akhirnya kita akan kalah. Jadi intinya bagaimana kita harus punya iman dan jati diri untuk tetap tidak mudah berubah gara-gara situasi dan kondisi.

Rasul SAW dalam riwayat Imam Baihaqi mengatakan “Ya Rabb intuhlik haadzihil ‘ushoobah falan tu’bad filardhi abadaa”artinya “Ya Allah kalau engkau kalahkan kelompok yang kecil ini, Engkau tidak akan disembah lagi dimuka bumi selama-lamanya”. Setelah Rasul berkata berdoa sungguh-sungguh kpd Allah seperti itu, baru kemudian ada reaksi dari alam lain yg dalam kehidupan kita sering dilupakan dan tidak dilibatkan yakni bahwa Malaikat Jibril a.s. memerintahkan untuk mengambil segenggam debu tadi kpd Beliau dan melemparkannya sebagaimana dikisahkan dalam Surat Al-Anfal. Ulama ahli sejarah menjelaskan bahwa tidak ada satu pun orang musyrik yang luput dari lemparan debu Nabi Muhammad SAW. Coba kita bayangkan, mungkinkah jika seseorang melempar segenggam debu ke arah 900 pasukan, kemudian seluruh pasukan tsb bisa terkena debu semua.?  Tidak lain bahwa Ini adalah termasuk mukjizat Nabi Muhammad SAW. 900 orang musyrikin kena semua. Nabi mana lagi yang punya mukjizat kayak gitu.? Bagaimana dengan lemparan tongkat Nabi Musa …?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Scroll to Top